Nihon Bunka

Nihon Bunka

Culture


BON ODORI

BON ODORI adalah serangkaian upacara dan tradisi di Jepang untuk merayakan kedatangan arwah leluhur yang dilakukan seputar tanggal 15 Juli menurut kalender Tempō (kalender lunisolar). Pada umumnya, Obon dikenal sebagai upacara yang berkaitan dengan agama Buddha Jepang, tapi banyak sekali tradisi dalam perayaan Obon yang tidak bisa dijelaskan dengan dogma agama Buddha. Obon dalam bentuk seperti sekarang ini merupakan sinkretisme dari tradisi turun temurun masyarakat Jepang dengan upacara agama Buddha yang disebut Urabon. Bon odori atau tarian Obon merupakan tarian masal pada perayaan obon. Tarian Obon ini dikembangkan oleh Jepang dari ritual Obon yang telah diperkenalkan melalui Cina. Bon Odori berasal dari cerita Mokuren, seorang pengikut ajaran Buddha yang ingin menyelamatkan arwah ibunya dari neraka. Buddha memerintahkan Mokuren untuk membuat persembahan dan akhirnya sang ibu terbebas dari penderitaannya. Tarian kegembiraan karena lepas dari penderitaan ini kemudian disebut dengan bon odori. Awalnya, Bon Odori hanya dapat ditarikan bersama-sama di lingkungan kuil agama Buddha atau Shinto. Sebagai ritual keagamaan, setiap daerah di Jepang memiliki Bon Odori yang khas. Sekarang ini, Bon Odori tidak hanya diselenggarakan di lingkungan kuil saja dan penyelenggaranya sering tidak ada hubungan sama sekali dengan organisasi keagamaan. Bon Odori sering dilangsungkan di ruang-ruang terbuka tempat orang banyak berkumpul.


*********************************************************************************************************************


BUNRAKU

BUNRAKU merupakan sebuah pertunjukan boneka kuno yang ada di Jepang. Boneka atau yang sering disebut dengan istilah ningyou pada pertunjukan bunraku umumnya berukuran hampir setengah ukuran orang dewasa. Boneka tersebut tidak digerakkan menggunakan benang, melainkan dimainkan oleh omozukai (istilah untuk dalang) langsung diatas panggung. Selain omozukai, dalam pertunjukan bunraku juga ada penyanyi dan pemain shamisen (alat musik tradisional Jepang) yang duduk berdampingan di sebelah kiri dan kanan panggung. Di sini tugas penyanyi adalah menceritakan seluruh karakter boneka yang muncul dengan membacakan narasinya, sedangkan pemain shamisen akan memainkan musik setiap pergantian adegan. Kombinasi penyanyi dan pemain shamisen ini dikenal dengan istilah joururi, karena itulah bunraku kadang disebut juga dengan istilah ningyou joururi. Bunraku ditemukan pertama kali di Osaka pada tahun 1684, sama tuanya dengan pertunjukan Kabuki dan Noh. Sama seperti kabuki, saat itu hanya kalangan aristokrat saja yang boleh mempelajari bunraku. Barulah pada abad ke-17 bunraku mulai dipopulerkan ke kalangan rakyat setelah Chikamatsu Monzaemon membuat karya Sonezaki Shinju. Pada periode Meiji saat masuknya budaya barat ke Jepang, bunraku mulai mengalami kemunduran. Pada tahun 1966 pemerintah Jepang berusaha melestarikan bunraku dengan membangun theater bunraku modern di Tokyo dan Osaka. Dewasa ini antusias orang jepang terhadap bunraku memang masih besar, tapi yang menjadi masalah adalah berkurangnya pengerajin yang membuat boneka bunraku, apalagi pelatihan menjadi seorang omozukai membutuhkan waktu panjang yang tidak diminati generasi muda sekarang ini.


*********************************************************************************************************************


CHANOYU

CHANOYU adalah upacara minum teh. Pada mulanya upacara ini berasal dari Cina yang masuk ke Jepang pada jaman Nara. Kemudian dikembangkan oleh Senno Rikyu di Jepang pada abad ke-16 berdasarkan kebiasaan ajaran Zen yang mengajarkan ketenangan, keteraturan, dan rasa estetika yang tinggi. Pada jaman Morumachi, upacara minum teh semakin digalakan dalam kalangan istana terutama pada masa kekuasaan shogun Ashikaga Yoshimasa, pada masa ini muncul filosofi selain keselarasan juga mengandung kedisiplinan. Selanjutnya pada masa kekuasaan Toyomi Hidetoshi didirikan sekolah minum teh, yakni Ura senke, Omote senke, Mushakoji senke. Teh disiapkan secara khusus oleh orang yang mendalami seni upacara minum teh dan dinikmati sekelompok tamu di ruangan khusus untuk minum teh yang disebut chashitsu. Tuan rumah juga bertanggung jawab dalam mempersiapkan situasi yang menyenangkan untuk tamu seperti memilih lukisan dinding (kakejiku), bunga (chabana), dan mangkuk keramik yang sesuai dengan musim dan status tamu yang diundang. Teh bukan cuma dituang dengan air panas dan diminum, tapi sebagai seni dalam arti luas. Upacara minum teh mencerminkan kepribadian dan pengetahuan tuan rumah yang mencakup antara lain tujuan hidup, cara berpikir, agama, apresiasi peralatan upacara minum teh dan cara meletakkan benda seni di dalam ruangan upacara minum teh (chashitsu) dan berbagai pengetahuan seni secara umum yang bergantung pada aliran upacara minum teh yang dianut. Seni upacara minum teh memerlukan pendalaman selama bertahun-tahun dengan penyempurnaan yang berlangsung seumur hidup. Tamu yang diundang secara formal untuk upacara minum teh juga harus mempelajari tata krama, kebiasaan, basa-basi, etiket meminum teh dan menikmati makanan kecil yang dihidangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar